Ki I Dewa Ketut Wicaksandhita: Putra Klungkung Pewaris Gagrak Bali

Salah satu penampil di Festival Dalang Remaja 2011 adalah Ki I Dewa Ketut Wicaksandhita. Hadir dengan lakon Kunthi Yadnya, pemuda kelahiran Denpasar, 20 Maret 1995 ini tampil memikat hadirin.Ketut Rai, panggilan sehari-hari Ki I Dewa Ketut Wicaksandhita, mengawali karir sebagai dalang sejak kelas 4 SD. “Awalnya sebenarnya tidak sengaja. Kebetulan waktu itu saya sedang merancang Pesta Kesenian Bali dan salah satunya adalah Parade dalang Cilik. Nah, ketika saya berputar tidak ada dalang cilik dari daerah Klungkung. Alhasil, seorang rekan Pepadi menyarankan Ketut Rai untuk menjadi dalang. Saya sendiri kaget karena Ketut Rai ini sama sekali belum pernah memegang wayang, bahkan tokoh Semar pun dia tidak tahu,” ayah Ketut Rai yang juga dalang sekaligus dosen dan pengurus Pepadi Bali menjelaskan.

Akhirnya, meski kurang dari tiga bulan, Ketut Rai berhasil menjadi dalang dan semua berkat tangan dingin sang ayah sekaligus support dari ibunda tercinta. Untuk pertama kali, Ketut Rai tampil sebagai dalang. “Ada pengalaman lucu. Sebelum tampil, Ketut Rai ini pipis sampai 21 kali,” terang sang bapak sambil tertawa terbahak. Untunglah penampilan Ketut Rai tidak mengecewakan.

Seluruh keluarga besar Ketut Rai bahkan sangat bangga karena Ketut Rai berhasil menjadi generasi ke-empat dalang dalam keluarga mereka. “Kakek saya juga dalang. Bahkan isteri saya saat ini pun menjadi dalang perempuan. Saya terinspirasi dari program yang dikembangkan Pepadi dan Sena Wangi dan untuk itu saya sangat berterimakasih.”

I Dewa Ketut Wicaksana, sang ayah, berkisah jika keluarga mereka merupakan keluarga dalang dengan spesialisasi gagrak kulit parwa Bali. “Kami berharap dapat berperan untuk menjaga sekaligus meneruskan tradisi Bali.” Proses Ketut Rai sendiri sangat menarik. Selain melatih diri selama dua jam setiap harinya, Ketut Rai juga mendapat guru tambahan. Dan seperti dalang-dalang lainnya, Ketut Rai juga harus mendapat restu dari Pendeta. Untuk itu Ketut Rai harus menjalani sejumlah ritual. Etos yang tinggi disertai keuletan dan semangat belajar ternyata menjadi kunci utama untuk mengembangkan diri dan I Dewa Ketut Wicaksandhita telah membuktikannya. (AOVI / cin)

Share Button

Leave a Comment