Amar Pradopo Zedha Beviantyo, Dalang Bocah Multi Talenta

Amar Pradopo Zedha Beviantyo  (Jawa Tengah)

Lahir di Sukoharjo, 9 Maret 2000 putra Bapak KRH.IR. H. Warseno,M.Si dan Ibu Asih Purwaningtyas., Saat ini  kelas 5 SD Al-Firdaus Solo. Prestasi mendalang yang pernah diraih antara lain ; sabet terbaik dalang bocah tingkat Kota Surakarta 2006, duet dua dalang 10 Tahun  Yayasan Al- Firdaus Solo 2007,  Temu Dalang cilik se-Jawa DKI dan DIY 2007  di Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta. Temu Dalang cilik Nusantara III 2009 di TBJ Solo. Amar sejak umur 2 tahun sudah mulai gemar wayang.  Pada usia 4 tahun belajar di Snggar Sarotomo dan juga Sanggar sawojajar. Bukan hanya belajar dalang tetpi Amar juga belajar menari di Sanggar Suryo Sumirat Kraton Mangku negaran asuhan Jonet. Selain piawai dalang dan menari Amar juga mahir ulah karawitan, salah satu kepiawaianya adalah memainkan gendang sunda berguru pada Dosen karawitan Sunda ISI Solo Bapak Rasita serta belajar kendang jawa kepada Srimulyo Dosen ISI Yogyakarta. Kreatifitas olah garapan gending Ia berguru kepada komponis besar Dedek Wahyudi. Amar sudah mempunyai jam terbang pentas yang cukup. Berdasarkan penuturan ayahnua Kin Warseno Slenk Amar sudah pentas 25 sekitar kali mucuki ayahnya pada acara bersih desa dan pentas lainnya dengan pakeliran padat.

Gaya sajian pakeliran Amar meniru dalang Kondang ki Entus Susmono dari Tegal. Menanggapi hal ini, Ki Warseno Slenk ayahnya mengatakan “terserah saja Amar mau meniru siapa yang dia suka, sebagai orang tua tinggal mendorong saja” katanya. Menyoal tentang cita-cita Amar kedepan ia menjadi dalang kondang seperti Bapaknya, selain itu Amar bercita –cita kelak bisa masuk di ISI Surakarta. Amar selain main wayang kulit purwa juga piawai main wayang golek Sunda dengan bahasa jawa. Kepiawaian yang lain Amar juga paham akan wanda-wanda wayang, mahir menggambar wayang, hal itu dia buktikan dengan membuat gunungan Masjid dan Permadi rapekan hasil corekannya sendiri.

Amar pada Festival Dalang Bocah ini menampilkan lakon Kangsa Adu Jago.  Cerita ini merupakan awal dari pendadaran darah Manduro keturunan Prabu Basudewa. Kemelut negara Mandura tak kunjung reda dikarenakan tingkah anak Raja Mandura Kangsadewa yang berambisi mengantikan tahta ayah tirinya  kerajaan Mandura. Putra Basudewa Kakrasana, Naraya dan Lara Ireng diungsikan ke Widara Kandang.Namun usaha tersebut diketahui oleh Kangsa. Untukmembunuh putra mahkota Mandura Kangsa  mengadakan adu jago  antara Mandura dan Sengkapura. Atas keteguhan hati putra mahkota bertiga Kangsa bisa dikalahkan, dan negara Mandura terbebas dari ancaman kudeta.

Untuk menunjang kemampuan dalangnya Amar juga rajin mengunakan internet untuk belajar  berbagai ilmu tentang wayang. Jejaring sosial seperti facebook juga ia gunakan untuk bersosialisasi dan melengkapi sarana belajarnya disamping perpustakaan kecil yang berisikan buku-buku pedalangan.  Amar hidupnya sepenuhnya diwarnai dengan berbagai hal yang berkaitan dengan wayang. Ia setiap pulang sekolah dan sebelum tidur pasti belajar meningkatkan ketrampilannya memegang wayang.

Menurut Mujiono guru Dalangnya di Sanggar Sarotomo, Amar di ibaratkan bakalan rangka keris kayu cendana. “Amar kuwi bakalane kayu cendono, mung kari piye anggone ngukir lan moles. (Amar bahanya seperti kayu cendana tinggal bagaimana mengukir dan memolesnya).  Kemauan dan kemampuannya luar biasa, hanya saja harus terus diarahkan dan diawasi agar tetap pada jalur yang benar.

Sementara itu ayahnya Ki Warseno Slank melihat potensi dalang bocah yang aada sekarang ini  optimis jika wayang akan tetap berkembang dan lestari. Hanya saja yang menjadi kekhawatirannya adalah generasi Sinden yang perlu segera dipikirkan.  Dalang sekarang dan yang akan datang tentunya lebih baik dari generasi dalang tua. Karena dalang sekarang sudah berada di era teknologi baru sehingga memudahkan mereka belajar. Selain itu dukungan berbagai media akan mempercepat orbit dalang-dalang bocah dan dalang muda kedepan.  Untuk mengenalkan wayang kepada generasi muda Warseno Slank mengungkapakan, sebaiknya dilakukan usaha sekuat tenaga melaui pengenalan sejak usia dini baik melalui sekolah, workshop, dengan dukunganberbagai media baik cetak, elektronik maupun media luar ruang lainnya. (BAS).

Share Button

Leave a Comment