Danan Wisnu Pratama: Dari Komik Wayang Lalu Turun Ke Hati

Erik Aryo Putranto dan Syaiful Puguh Yulianto, kedua bocah berusia 9 tahun itu terlihat asyik memainkan handpone dalam genggaman tangan mereka. Bersama-sama, keduanya menempelkan handphone tersebut ke telinga. Meski tampak lucu karena berdesalan tapi wajah mereka menunjukkan keseriusan. Sesekali keduanya juga nampak berbicara lalu kembali menyimak rekaman yang sedang mereka dengarkan. Rupa-rupanya, kedua bocah itu tengah asyik mendengarkan lakon Abimanyu Ranjab yang dibawakan oleh dalang Cahyo Kuntadi.

“Ini ceritanya soal Abimayu itu loh… Waktu dia kena seribu panah yang nyerbu bareng-bareng,” dengan nada suara tergopoh saking bersemangatnya, Syaiful berusaha menceritakan isi rekamannya. Kedua bocah ini ternyata adalah dalang cilik yang bergabung dengan Sanggar Nirmalasari, Cinere, pimpinan Bapak Asman. Kehadiran mereka di Festival Dalang Bocah kali ini adalah untuk memberi dukungan kepada rekan mereka, Danan Wisnu Pratama.

Danan sendiri tampil sebagai penyaji terakhir dalam Festival Dalang Bocah kali ini. Membawakan lakon Dewi Amral dengan gagrak Surakarta, Danan yang menggunakan beskap hijau pupus, sempat menyita perhatian penonton. Gaya dan penampilan Danan yang lugas membuatnya tampil memikat dan penuh percaya diri.

Danan sendiri mempersipkan pertunjukan selama 1 bulan penuh. Sekitar dua atau tiga hari dalam seminggu, dihabiskannya untuk berlatih. Danan mengenal wayang sejak usia 3 tahun dan memutuskan untuk berlatih secara rutin semenjak usia 5 tahun. Masa-masa perkenalan Danan dengan wayang sendiri diawali lewat komik.

“Waktu kecil saya punya banyak komik wayang, nah, karena saya suka baca jadi saya mulai inget cerita-cerita itu. Pokoknya, gara-gara komik-komik itu saya jadi senang wayang… Setelah saya agak besar saya juga mulai nonton film-film wayang. Di rumah saya banyak tuh dvd wayang,” ucap Danan dengan nada ceria. “Saya juga senang belajar dan ketemu banyak orang, makanya saya sampai empat kali pindah sanggar. Asyik, bisa ketemu banyak teman-teman dalang,” menjelaskan kenapa ia sempat berpindah dari Saeko, Sanggar Sumbang Budaya, TMII dan akhirnya kini berada di Sanggar Nirmala.

Wayang memang demikian mengesankan bagi Danan. Ia juga ingat bagaimana wayang dapat menyembuhkan rekannya, Yustanza Razali atau akrab dikenal dengan sebutan Ki Kuncir, dari authisme. “Alhamdulillah sekarang Stanza sudah benar-benar bisa sembuh dan itu karena wayang loh…” ujar Danan. “Berarti manfaat wayang dan mendalang itu memang besar kan?!” tambahnya lagi.

Kecintaan Danan pada seni ternyata tak semata dituangkannya dalam bentuk pagelaran wayang. Di sekolah, Danan juga berusaha menggeluti dunia sinematografi dan berperan sebagai aktor maupun penata suara, khususnya pembuatan soundtrack film. Atas aktifitasnya itu Danan sempat mendampat ‘ganjaran’ karena film horor yang dibuatnya mengantongi dua penghargaan dan salah satunya adalah sebagai film dengan tata musik terbaik.

Namun demikian, kecintaan Danan terhadap wayang tak pernah tergantikan. Bocah kelahiran Jakarta 8 Mei 1999 yang sangat menyukai Sujiwo Tedjo ini ternyata juga mengidolakan Semar. “Semar itu gimana ya… Banyak orang bilang kalau Semar kerjanya cuma ngelucu aja, padahal sebenarnya enggak. Semar itu emang gemuk dan lucu sih tapi yang paling penting Semar itu tokoh kunci…” terang Danan panjang lebar. “Kalau buat aku, Semar itu penuntun sejati yang bisa membawa kita ke jalan yang benar. Makanya, aku juga selalu senang dengan apapun lakon Semar… Mulai dari Semar Boyong, Semar Mbangun Khayangan dan lain-lain,” tambah Danan.

Berkait dengan cita-citanya, Danan mengungkapkan jika dirinya masih punya mimpi. Danan berharap, kelak, dirinya bisa memperoleh kesempatan untuk membuat sebuah film laga, seperti halnya film-film barat yang ia saksikan, namun dengan semua karakter tokoh wayang. “Ya, biar bisa ditonton sama orang yang nggak ngerti wayang dan biar kebudayaan kita juga nggak punah,” ujarnya penuh semangat, seraya menutup perbincangan. [aovi l cin]

 

Share Button

COMMENTS

Leave a Comment