- Hari Kelima - Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEEMPAT Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KETIGA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEDUA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI PERTAMA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual Tingkat Nasional 2020
SIARAN PERS II
Press Release
Festival Dalang Bocah 2015
STRATEGI KEBUDAYAAN DALAM FESTIVAL DALANG BOCAH 2015
Pada tanggal 20-22 November 2015 ini kembali digelar Festival Dalang Bocah untuk ke-6 kalinya. Acara ini diselenggarakan atas koordinasi dan kerjasama PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Pusat, SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) dan Unit Pengelola Museum Seni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, yang kali ini mengambil lokasi di Museum Seni Rupa Jakarta Kota.
Festival yang berlangsung selama 3 hari dan menampilkan 22 peserta dalang bocah dari berbagai provinsi ini memiliki makna yang sangat penting dan pengaruh besar, khususnya jika ditinjau dari sudut pandang strategi kebudayaan. Pertama, perhelatan dalang bocah ini menjadi salah satu penanaman identitas dan jatidiri kebangsaan serta penguatan budaya nasional. Wayang merupakan salah satu representasi dari budaya nasional yang sejak semula diciptakan memang diarahkan untuk membangun identitas dan pendidikan berbasis kearifan lokal. Melalui festival ini anak-anak disadarkan bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah kultur atau budaya yang memiliki ajaran serta watak luhur dan dapat mereka jadikan salah satu panduan etis dalam kehidupan sehari-hari. Identitas dan jatidiri ini bukan sesuatu yang terjadi “apa adanya” dan “begitu saja”. Melainkan diajarkan, dididikkan, dan dipraktikkan secara terus menerus.
Kedua, tetap menjaga proses estafet atau regenerasi nalar budaya sejak dari anak-anak. Unsur seni dan estetika yang diperagakan dalang-dalang bocah ini dengan sendirinya akan tetap bertahan sehingga tradisi wayang tidak akan berhenti atau mati. Dan ketiga, penemuan potensi anak serta penguatan mental dan kepribadian. Anak-anak atau bocah yang menekuni seni pedalangan ini dapat dikategorikan sebagai anak yang memiliki potensi khusus serta istimewa. Pendidikan seni pedalangan yang mereka peroleh akan menjadi bagian tak terpisahkan dalam dirinya dan diharapkan akan mampu menjadikan mereka sebagai generasi dengan mental serta karakter yang kuat.
Jika kita perhatikan seni pertunjukan wayang tradisional, peran yang dilakukan seorang dalang sangat kompleks. Ia memerankan dan mengekspresikan seluruh kemampuan dirinya: mulut, telinga, gerak tangan dan kaki, konsentrasi pemikiran, dan sekaligus menjadi pemeran serta sutradara dari pementasan setiap lakon yang dibawakan. Kemampuan seorang dalang sangat fantastis karena ia harus mengerti tentang seni suara, seni musik, seni teater dan perwatakan, dan tentu saja seni sastra.
Pementasan sebuah pagelaran wayang dapat dikatakan mewakili secara utuh sebuah kebudayaan, meskipun sebagian yang disuguhkan berupa simbol dan makna-makna yang beraneka ragam. Kemampuan seorang dalang bocah menjadi dalang merupakan pengalaman fantastis. Di usia yang masih bocah mereka melakukan terobosan wawasan di dunia etika dengan cara bermain dan sekaligus menyebarkan nilai-nilai etis ke ruang publik.
Peran Kebudayaan Orang Tua
Dalam khazanah dunia pendidikan anak, mendidik seorang anak atau bocah harus bersama dan sejajar dengan mendidik orang tuanya, karena seorang anak diarahkan dan didampingi oleh orang tuanya. Sebagian besar keputusannya masih menjadi tanggungjawab orang tua.
Dalam Festival Dalang Bocah ini kita dapat menyaksikan seorang anak atau bocah yang didampingi orang tuanya “mampu” mengalami internalisasi (pendalaman nilai) terhadap ajaran-ajaran wayang, dan dia tidak kehilangan dunia anak-anaknya, sehingga penyampaian ajaran kebijakan itu tetap bernuansa “bermain” dan “tidak secara langsung”, artinya dalang bocah memerankan diri sebagai sang dalang tanpa kehilangan karakternya sebagai anak.
Kondisi inilah yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab sepenuhnya orang tua. Para orang tua itu telah melatih anak-anak untuk mengenali, memahami, dan menjadi sang dalang dan sang wayang sekaligus. Ini adalah tugas kebudayaan yang dipikul oleh orang tua para dalang bocah tersebut. Tugas atau tanggungjawab berat ini dijalankan baik sebagai upaya pelestarian seni-adiluhung (makro) maupun untuk membangun karakter dan mental anak itu sendiri (mikro), bukan semata-mata menampilkan si anak sebagai dalang unggulan atau memenuhi hasrat keinginan orang tua.
Melalui Festival Dalang Bocah ini, sesungguhnya para orang tua tengah membangun dan menyiapkan sebuah generasi untuk menghadapi masa depan. Para dalang bocah itu nantinya akan menjadi duta kebudayaan, yang artinya juga menjadi duta bagi identitas dirinya sebagai penyampai ajaran kebaikan. Mereka akan mengabdi pada kehidupan, bukan sekadar untuk dan demi seni itu sendiri, melainkan untuk menjadi dan mengenal diri sendiri.
Dunia Anak Yang Sehat, Wujud Murni Festival Dalang Bocah 2015
Maraknya kekerasan baik oleh orang dewasa terhadap anak-anak maupun di antara anak-anak sendiri yang terjadi belakangan ini menjadi fokus dan perhatian penyelenggaraan Festival Dalang Bocah kali ini. Kurangnya peran kebudayaan orang tua, dan kurangnya prioritas perhatian negara terhadap dunia anak bisa menjadi faktor paling mendasar dari apa yang terjadi saat ini.
Pendidikan sebagai strategi kebudayaan, bukanlah sekedar pendidikan formal berbasis pengetahuan kognitif. Pengembangan karakter dan mental anak justru dapat terbentuk melalui fondasi lingkungan kebudayaan yang baik dan benar. Peran orang tua sebagai role model nilai-nilai kebenaran dan ke-adiluhung-an, dan peran negara untuk membentuk lingkaran kebudayaan yang sehat, harus mampu bersinergi untuk dapat menciptakan dunia anak yang dapat membentuk citra kepribadian sang anak kelak.
Kasus pembunuhan anak dan mutilasi; peristiwa bully atau penindasan yang diterima anak di lingkungan sekolah atau lingkungan permainannya; memberikan tamparan besar bagi kegagalan orang tua dan negara dalam membentuk dunia anak yang sehat. Terlalu superior dan merasa diri paling benar; kurangnya rasa menghargai dan membantu yang lebih kurang mampu; inilah sebagian besar hal-hal yang justru diadopsi dunia anak hari ini akibat kurangnya peran orang tua dan negara.
Festival Dalang Bocah 2015 mencoba mengangkat isu ini sebagai tema utamanya. Melalui wayang yang dimainkan para dalang bocah, gelaran Festival Dalang Bocah mencoba menempatkan kembali peran orang tua sebagai pendamping yang selalu dibutuhkan setiap saat oleh sang anak. Demikian pula dengan peran negara yang harus dapat merumuskan strategi kebudayaan yang pas dengan jamannya, namun tetap harus mampu menciptakan lingkungan pendidikan kebudayaan yang baik dan benar bagi pertumbuhan mental dan spiritual sang anak.
Karena dari dunia anak, kita menabung masa depan sebuah bangsa.
Web: dalangbocah.com
Live video streaming : http://www.wayangshow.com