- Hari Kelima - Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEEMPAT Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KETIGA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEDUA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI PERTAMA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual Tingkat Nasional 2020
Sentanu Wijaya: Betawi Punya Wayang!

Jaka Pinulung, Bambang Kumara Mencari Bapa
Lakon dari Sentanu Wijaya, Penyaji dari wilayah DKI Jakarta
Perjalanan Jaka Pinulung dalam mencari sang ayah, Arjuna, mendapat tantangan. Hal tersebut terjadi lantaran kekhawatiran jika keberadaan Jaka Pinulung akan mengganggu Arjuna yang sedang menunaikan tugas sebagai ksatria. Namun demikian, Jaka Pinulung tetap pada tekadnya. Ia justeru ingin menemui sang ayah lantaran berharap dapat meneladani sikapnya; menjadi pahlawan yang sanggup membela negara.
Lakon Jaka Pinulung, Bambang Kumala Mencari Bapa yang dibawakan Sentanu Wijaya mengawali Festival Dalang Bocah 2015. Lakon yang dibawakan dengan gagrak Betawi tersebut sudah barang tentu menarik lantaran tidak semua orang mengetahui jika Betawi pun ternyata memiliki wayang. Lakon wayang Betawi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan wayang lainnya dan tetap menginduk pada lakon Mahabarata. Namun pada unsur musik, bahasa dan penyajiannya lah yang membuat wayang Betawi menjadi unik. Padu padan budaya Betawi, Sunda dan Jawa membawa nuansa tersendiri dan justeru membuat ia menjadi kaya.
Tanu sendiri memainkan wayang Betawi dengan bahasa Indonesia berlogat campuran Betawi dan Sunda. Kebetulan Tanu sekeluarga tinggal di wilayah Tambun yang secara geografis memang berada di wilayah Jawa Barat dan mendapat akar dari wayang Cirebon. Satu hal yang menarik adalah ini merupakan kali pertama Tanu menjadi dalang. Wow! “Saya berlatih kurang dari satu bulan, kira-kira tiga kali latihan,” ujar Tanu ketika diwawancarai dalangbocah.com. “Sebelumnya saya hanya menari, misalkan tari topeng tapi sekarang selain menari saya juga ingin menjadi dalang,” lanjut Tanu.
Lalu, dari mana asal-muasal Tanu mengetahui dunia pedalangan? “Saya sering menontong Engkong ndalang,” kata Tanu. Sentanu Wijaya, bocah kelahiran Bekasi, 12 Mei 2003 ini merupakan cucu dari dalang kondang asal Betawi Ki Naman Sanjaya, yang sudah mulai berkarya sejak tahun 70 dan mengenal dunia pedalangan dari sang ayah yang merupakan dalang Betawi pertama, yakni Dalang Blentet. Selain dibantu oleh sang kakek, Tanu juga didukung oleh sang nenek, Mak Nci Suwarsih, yang menjadi sinden dalam pentas perdana Tanu ini. Mak Nci sendiri sudah menjadi sinden sejak tahun 1974.
Tentu adalah sebuah keberuntungan berada di keluarga yang mencintai seni-budaya, khususnya dunia tari dan pedalangan. Bahkan Engkong, panggilan sang kakek, memberi nama tokoh wayang pada seluruh cucu maupun cicitnya. “Biar anak turun ingat leluhurnya, ingat kakeknya yang dalang juga…biar mereka bisa mewarisi nilai-nilai luhur yang ada di dalam pewayangan itu,” tutur Engkong yang menemani Tanu wawancara.
Jaka Pinulung sendiri dalam perjalanannya sempat terhasut oleh pihak Kurawa dan pada akhirnya justeru berhadap-hadapan dengan ayah kandungnya sendiri. Beruntung Jaka Pinulung dapat hidup kembali setelah mendapat banyu panguripan, air kehidupan, setelah ia terkena keris ayahnya. “Kurawa ini ibarat narkotika, pornografi, kekerasan yang melibatkan anak ataupun tayangan-tayangan dan hiburan yang tidak mendidik. Dan jika orang tua tidak mengambil tanggungjawab yang utuh untuk mendidik anak, sudah pasti anak-anak kita akan menjadi korban dan masa depan kita dipertaruhkan,” ujar Engkong menutup perbincangan.(chn)