- Hari Kelima - Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEEMPAT Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KETIGA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEDUA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI PERTAMA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual Tingkat Nasional 2020
Rosiansah Dharma Pratama: Belajar Wayang dari Layar Kaca
Ini adalah kali pertama Rosiansah Dharma Pratama menjejakkan kaki di ibukota, dan kedatangannya khusus untuk mengikuti Festival Dalang Bocah 2012 yang diselenggarakan dipelataran halaman Museum Bank Indonesia, 5-7 Juli.
Dengan jujur, Rosiansah mengatakan jika situasi tersebut membuatnya sedikit grogi. Ia merasa tidak pede atau kurang percaya diri. Ditambah lagi, Rosiansah benar-benar baru tiba di Jakarta, persis di pagi yang sama saat ia harus menyajikan pagelarannya. Itu karena beberapa pengrawit dan penggedang yang mengiringinya harus tampil dalam beberapa pentas di kotanya. “Lumayan capek sebenarnya, tapi ya begitulah keadaannya. Semoga saja penampilan saya tidak mengecewakan,” ujar Rosiansah dengan tutur lembut.
Syukurlah, Rosiansah yang mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil membawakan lakon Lahirnya Sekuntrem dengan sempurna. Sempat mendapat applause karena tehnik sabetannya, Rosiansah yang kini duduk di kelas VIII SMPN II Karang Mojo, Gunung Kidul, mengatakan jika pertama kali ia mengenal wayang justeru dari televisi.
Dulu, katanya, sewaktu ia masih TK, ia senang menanti siaran wayang yang ditampilkan di beberapa televisi yang ada. Untuk itu, Rosiansah bahkan rela lek-lekan (red. melek begadang) sekedar menanti jadwal tayang wayang yang biasanya memang disiarkan tengah malam buta. “Saya senang nonton wayang di tv,” ujar Rosiansah, “jam berapapun pasti saya tunggu. Pokoknya saya harus nonton,” lanjutnya kemudian.
Perkenalan Rosiansah dengan wayang terus berlanjut. Setelah masa-masa layar kaca, Rosiansah kemudian menyaksikan pertunjukan wayang secara langsung. Beruntung, Yogya memang kaya dengan pagelaran dan situasi itu tak disia-siakan Rosiansah. Proses macam ini digeluti Rosiansah juga lantaran penggambaran karakter Bima yang sangat lekat dalam dirinya. Bima, bagi Rosiansah, adalah tokoh yang sangat gigih dalam upayanya mencapai tujuan. Pada gilirannya, kegigihan itu terus menginspirasi Rosiansah dalam menjalani kehidupan.
Rosiansah juga mengaku jika ia memiliki dalang yang dianggapnya mumpuni, ialah Pak Manteb Sudharsono dan Seno Nugroho. Dari Pak Mantep, Rosiansah menimba ilmu suluk sementara dari dalang Seno, Rosiansah memperhatikan detail sabet. Cita-cita Rosiansah sendiri tak muluk-muluk, ia hanya ingin terus menimba ilmu pedalangan dari siapapun, sehingga kelak ia dapat memberi yang terbaik yang ia mampu. [aovi l cin]