GUNAWAN, TRAH DALANG CIREBON

Gunawan - Cirebon

Namanya singkat, Gunawan. Sesingkat nama bapaknya, Ana. Gunawan adalah seorang dalang bocah berumur 13 tahun, kelas 1 SMP. Bapaknya dalang, kakeknya dalang, juga kakek buyutnya seorang dalang. Sepertinya ada “gen dalang” mengalir dalam dirinya. Dalang bocah ini begitu tenang dan percaya diri membawakan lakon Gatotkaca Sabdaguru dengan gaya wayang kulit purwa Cirebonan.

“Saya memang berharap Gunawan menjadi dalang seperti saya,” kata Pak Ana, sang ayah. “Dan ini pertama kalinya dia ikut festival dalang bocah tingkat nasional,” lanjutnya. Gunawan memang beberapa kali mengikuti lomba dalang bocah, sejak tingkat kabupaten dan provinsi. Beberapa gelar juara pun sempat diterimanya. Begitu juga prestasi selama di sekolah dasar selalu berada di ranking pertama.

Dengan diiringi oleh sembilan penabuh dan seorang sinden, kisah Gatotkaca yang bertempur guna memperoleh kesaktian sesuai dengan anjuran ibunya Dewi Arimbi itu diselesaikan tepat waktu: 45 menit, sesuai peraturan panitia festival. Tampilan wayang Cirebonan ini terasa penuh tanpa jeda bunyi, dikarenakan antara dialog dan tutur dalang ditimpali dan diisi baik oleh suara penabuh dan tentunya lantunan tembang swarawati atau sinden. Suara gamelan terkesan rancak dan ramai tidak putus. Semua alat musik, khususnya kendang dan seruling bersama-sama dimainkan dalam rangka untuk menuntun sekaligus mengharmonisasikan keseluruhan irama iringan wayang.

Lewat penampilan Gunawan, kita menyaksikan bahwa posisi antara dalang dan sinden memiliki kedudukan yang sama. Hal ini, menurut Ketua PEPADI Kabupaten Cirebon, Purjadi, yang turut serta mendampinginya, merupakan gaya baru penampilan wayang Cirebon sejak tahun 2000-an. “Sebenarnya itu untuk memberikan apresiasi penonton saja terhadap dalang dan sinden,” demikian ujar Purjadi. “Supaya dapat porsi seimbang, yang ingin menikmati dalang bisa, yang ingin menikmati lantunan sinden juga dapat bagian,” tambahnya menjelaskan.

Gagrag atau gaya Cirebonan memang memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Dalam iringan musik, misalnya, alat pemukul (tabuh) untuk slenthem di wayang Cirebon merupakan tabuh untuk gender di wayang Jawa Tengah, Timur dan Yogyakarta. Bunyi yang dihasilkan menjadi lebih pelan dan memiliki kesan berbeda. Di wayang Cirebon terdapat tambahan kecrek yang ditabuh salah seorang di luar dalang, dengan irama dan ritme cepat bahkan dominan. Bahasa yang digunakan khas Cirebonan, yang merupakan perpaduan antara logat Jawa Tengah sebelah barat dengan sebagian logat sunda wilayah pesisiran.

Dari aspek waktu pementasan, wayang Cirebonan bisa manggung di siang hari maupun malam hari. Pada siang hari pentas dimulai dari pukul sepuluh pagi sampai jam 12 siang. Kemudian istirahat selama satu jam, dan dilanjutkan dari jam satu hingga jam tiga sore, dengan cerita atau lakon yang sama. Untuk malam hari juga dipentaskan selama enam atau delapan jam.

Gunawan adalah satu dari puluhan dalang bocah yang tengah menggembleng diri. Purjadi menuturkan bahwa perkembangan dalang bocah di kabupaten Cirebon sesungguhnya semakin menjadi baik dan meningkat. Dia menyampaikan usulan ke PEPADI Pusat agar setiap tahun menyelenggarakan pelatihan dalang di tingkat kabupaten secara bergiliran. Dengan begitu sanggar-sanggar pedalangan daerah akan makin tersupport aspek kegiatan dan pendidikan.

 

Share Button

Leave a Comment