Danan Wisnu Pratama Keturunan Tiong Hoa yang Bakat Dalang

Tidak sekalipun kesempatan tampil di Festival Dalang Bocah Nasional (FDBN) disia-siakan anak ini. Mendapat dukungan penuh dari orangtua, Danan Wisnu Pratama tidak pernah absen semenjak FDBN pertama kali digelar 2008 silam. Kali ini ia tampil membawakan Lakon Ghatotkaca Sungging, masih dengan gagrag Surakarta andalannya. Bocah kelahiran 8 Mei 1999 ini boleh dibilang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari dua penampilan sebelumnya di ajang yang sama. Didampingi Sang Bunda, Nessy Mexalita, Danan tampil maksimal sehingga mendapatkan applaus cukup meriah dari penonton yang menonton pertunjukkannya di pelataran Museum Wayang Bank Indonesia tersebut.

Ghatotkaca Sunggingbercerita tentang tokoh Gatotkaca yang merasa mempunyai tanggungjawab untuk menjaga dan turut menciptakan keamanan dan ketentraman Negeri Amarta dari berbagai gangguan, baik yang datang dari internnal maupun eksternal yang hendak merongrong kedamaian di seputar Negeri Amarta. Bentuk tanggungjawab tersebut diejawantahkan kala Ghatotkaca beserta para putra Pandawa lainnya melakukan gladi perang di Argo Kelasa. Hal tersebut ternyata memmancing amarah Duryudhana, Raja Negeri Astina yang dengan bantuan Begawan Niliyakso akhirnya berhasil mengalahkan putra-putra Pandawa. Sementara Ghatotkaca sendiri terbakar oleh ajian Begawan Niliyakso dari pertapaan Angkasa.

Berpedoman pada pakem cerita, penampilan Danan mampu membuat penonton terhenyak melalui kemampuan vokal yang diperagakannya dari adegan ke adegan, pun kala membawakan tembang, layak diacungi jempol. Ia mampu menunjukkan kemampuan memadukan suaranya dengan bunyian gendang dari penabuh –titi laras dengan baik. Setali tiga uang dengan kebolehannya menunjukkan teknik sabet yang ditunjukannya. Meski beberapa kali terpeleset dari tangannya yang memang terlihat kecil untuk memainkan Wayang yang hampir seukuran badannya itu, Danan berhasil memperbaiki dalam gerakan-gerakan selanjutnya.

Tinggal di tengah-tengah situasi metropolis Ibukota, tidak membuat Danan terjebak dalam pengaruh budaya asing yang banyak ditemui pada anak-anak sekarang ini. Meski mengaku menyukai bacaan komik dan suka bermain Playstation, intensitas perhatian Danan lebih tercurah pada Wayang ketimbang mainan modern lainnya. Ia beranggapan, menjadi Dalang jauh lebih banyak memberikan manfaat baginya ketimbang bermain game online yang banyak digandrungi anak seusianya. Padahal, tak satu pun dari Ayahanda maupun Ibunda berasal dari keturunan Dalang maupun yang aktif dalam aktifitas Pewayangan. “Baik saya maupun ayahnya, tidak ada yang suka Wayang. Apalagi kenal dengan tokoh-tokohnya,” ujar Nessy, ibunya. “Malahan, dia yang sering ngajarin saya sama bapaknya tentang Wayang. Walaupun sampai sekarang tetap aja nggak ngerti,” tambah Nessy sambil tersenyum.

Ketidaktahuan kedua orangtuanya terhadap bidang yang menarik minat Sang Anak, tidak lantas membuat pasangan Deni Sucipto dan Nessy Mexalita ini menyurutkan dukungan bagi anak mereka. Tak sekalipun pasangan tersebut membiarkan Danan berlatih di Sanggar Saeko Budoyo Pimpinan Drs. Toto Sumarwoto seorang diri. Bergantian mereka selalu menghantarkan Danan dari pintu rumah sampai bertemu H. Margono yang bertindak sebagai pelatihnya. Menurut Nessy, apa yang dilakukannya bersama suami menurutnya sangat penting sebagai bentuk dukungan bagi Sang Anak. Dia bahkan sering menemani Danan menonnton pertunjukkan Wayang, bai secara langsung maupun menyaksikan kumpulan koleksi CD dari balik layar komputer yang difasilitasinya untuk menunjang minat anaknya itu.

Memiliki hobi mendalang juga dianggap banyak memberikan pengaruh positif bagi kehidupan bocah penyuka tokoh Semar ini. Masih menurut Nessy, Bocah kelas VI SD Negeri Pagi, Tebet Timur, Jakarta Selatan tersebut jadi lebih memiliki kemampuan untuk bertangggungjawab dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dewasa dalam memandang persoalan, dan banyak memberi masukan pada kedua orangtuanya, terutama terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan Wayang. Danan juga mengatur tata letak lukisan Wayang yang dimiliki orangtuanya di rumah agar sesuai dengan alur cerita sebagaimana seharusnya jejeran lukisan Wayang diletakkan. Orangtuanya pun merasa beruntung memiliki Danan yang lama kelamaan menunjukkan peranan berharga semenjak ia mengenal Wayang.

Perkenalan Danan dengan Wayang dimulai pada saat ia sedang bermain ke rumah kakeknya. Kala itu Danan tertarik dengan salah satu aksesoris Wayang Krucil yang tersemat di tembok rumah Eyang. Walau heran akan ketertarikan cucunya pada pajangan tersebut, Eyang pun memberikannya dengan senang hati. Wayang Krucil tersebut pun menjadi benda yang paling sering menemani Danan menghabiskkan waktu bermainnya. Benda itulah yang membuat bocah bertubuh gempal ini menjadi sering meminta dibelikan Wayang kepada orangtuanya. Selain ajang FDBN, pengalaman mentas anak ini terbilang cukup banyak, diantaranya: pernah tampil dalam Ulang Tahun Taman Mini Indonesia Indah (TMII); Hari Anak Nasional 2005, 2006, dan 2007; Temu Dalang Cilik Nusantara III di Solo, dan Festival Dalang Cilik Tingkat Nasional tahun 2009.

thin

Share Button

Leave a Comment