Dan Penonton Pun Terpukau (Dhimas Bayu Saputra)

Tubuhnya mungil. Jemarinya pun masih nampak terlalu kecil jika dibandingkan ukuran gapit Wayang yang harus ditegakkannya di atas gedebong pisang. Ukuran Wayang yang nyaris setinggi ukuran tubuhnya itu tak lantas membuatnya gentar. Berbeskap putih, menyajikan Lakon ‘Gathotkaca Jedi’dalang bocah ini, Dhimas Bayu Saputra,menutup malam pertama rangkaian Festival Dalang Bocah III 2011 dengan sangat mengesankan.

Meski berada di panggung sebagai peserta festival, Dhimas tampil terlihat santai dan tampil tanpa beban. Penonton yang memadati kursi pengunjung berkali-kali memberikan tepuk tangan pada aksi sabet yang diperagakannya. Penonton yang beragam dari pelbagai kalangan itu tampak sangat terhibur dan enggan beranjak hingga pementasan benar-benar rampung.Sang Dalang sendiri tampak sangat menikmati pentasnya malam itu. Tokoh Gathotkaca yang menjadi tokoh utama pementasannya malam itu seolah ingin dijiwainya sendiri, sebagai tokoh yang dikagumi, sosok ksatria sakti, dan perkasa membela kebenaran.

Dhimas lahir di desa Mojo,Kecamatan Bringin,sebuah kampung kecil di Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Ketertarikan pada Wayang dimilikinya semenjak dia masih kecil.Lebih dari tiga tahun lalu, Dhimas hanya seorang bocah yang sering ikut mendatangi sebuah sanggar di kampungnya, Sanggar Mastuti Budaya. Minatnya itu tidak segera disadari pasangan Supratno dan Supriyati, orang tuanya yang bekerja sebagai Petani.Saat itu Dhimas hanya memendam saja kesukaannya pada Wayang. Dia hanya berani memegang-megang Wayang yang tersimpan di bilik Sanggar tanpa menyampaikan hal besar yang disimpannya. Rupanya hal ini mengundang perhatian Ki Sukadi,pemilik Sanggartersebut. Ki Sukadi lah yang pertama kali membaca keinginan si bocah terhadap Wayang. Suatu hari, saat ia menginjak kelas 1 SMP di SMP Bringin 1 Ngawi, Ki Sukadi iseng bertanya pada Dhimas,‘Kamu suka main Wayang?’Sebuah pertanyaan yang telah lama dinanti-nantinya, akhirnya datang juga.Dengan cepat Dhimas mengiyakannya dan sejak hari itu lah, warna mimpinya tentang mendalang menjadi kian kentara.

Ketekunan Dhimas yang luar biasa tersebut membuat sang pelatih kian bersemangat membimbingnya. Dhimas telah memperoleh beberapa kesempatan untuk mentas di beberapa tempat di Jawa Timur, seperti di Pamekasan dan Surabayahanya dalam kurun waktu satu tahun. Ia pun berhasil mengukirkan prestasi sebagai salah satu dari lima penampil terbaik di Festival Dalang Bocah se-Jawa Timur pada tahun 2009.Meski telah beberapa kali memainkan Babad Alas Wanamarta, tapi lakon Gathotkaca Jedi lebih disukainya. Alasannya, Lakon Gathotkaca Jedi membuatnya lebih dalam mengenal perjalanan hidup tokoh idolanya.“Gathotkacaadalah tokoh yang gigih dalam mencapai cita-cita dan sangat sakti,”ucap Dhimas dengan mata berbinar.

Di tahun ketiganya berlatih mendalang, Dhimas akhirnya berani menjajal festival tingkat nasional, Festival Dalang Bocah Nasional III 2011. Alasannya sederhana, ingin menjadi yang terbaik di ajang tersebut. “Ingin menjadi nomor satu,”jawabnya tegastentang targetnya kali ini. Ucapannya itu bukan bermaksud menyombongkan diri, tetapi Dhimas memang menunjukkan bahwa dia merupakan salah seorang cikal bakal Dalang yang berpotensidi masa depan.Keterampilannya mendalangdijalankannya secara konsisten. Dukungan dari pelbagai pihak pun mulai mengalir, baik dari orang tua, Pepadi Jawa Timur maupun sekolahnya, membuat Dhimas tampil percaya diri dan bermain dengan gembira.Ia mampu mengenyampingkan rasa grogi, meski dia harus menantang puluhan Dalang dari pelosok Negeri.

Kesibukannya berlatih mendalang pun tidak lantas membuat kendur aktivitas belajarnyadi sekolah? “Oh, tidak. Dia juara satu di sekolahnya,”Bu Siti Asiyah dan Bu Suharti menjawab. Mereka adalah dua guru yang sangat mendukung kegiatan Dhimas dalam menggeluti dunia Pedalangan. Mereka juga ikut aktif dalam melatih Karawitan bagi para anak sekolah di Sanggar Mastuti Budaya. Penampilan Dhimas malam itu pun diiringi Karawitan cilik dari Sanggar tempatnya berlatih.

Mengenai masih terbatasnya jumlah dalang bocah di kota kelahirannya, Ngawi, Dhimas dan pelatihnya, Ki Sukadi, memandang Dhimas adalah salah satu awal untuk merintis tumbuhnya lingkungan yang lebih luas bagi berkembangnya dunia Pedalangan semenjak dini.Dengan kepercayaan diri besar, mereka pun telah membuat awal yang menjanjikan.

Grey

Share Button

Leave a Comment