- Hari Kelima - Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEEMPAT Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KETIGA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEDUA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI PERTAMA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual Tingkat Nasional 2020
Aldo Melodiya: Pokoknya Senang Banget!
Aldo Melodiya, siswa kelas VII MTs Singogalih, menampilkan lakon Anoman Duta dengan gagrak Jawa Timur dalam FDB kali ini. Pada beberapa kesempatan Aldo bahkan mendapat sambutan penonton lantaran kerenyahannya membawakan materi maupun banyolan-banyolannya.
“Anoman itu walaupun kera, hewan, tetapi dia baik, dia jujur dan jadi pahlawan. Saya senang dengan Anoman, dengan Gatotkaca, dengan Ontorejo. Semua wayang saya suka tapi tiga-tiganya tadi itu yang paling saya suka.” Bicara tentang wayang Aldo memang selalu bersemangat. Beberapa kali bahkan obrolannya sulit diputus. “Aku itu senang wayang sudah dari kecil…pokoknya seneeennnggg baaaanget!”
Hal tersebut dibenarkan oleh Pak Lurah Tarik, Notodihardjo, yang kebetulan hanya tinggal berselang tiga rumah dengan Aldo. “Aldo ini memang aneh kok. Dari kecil itu sudah hobi main wayang. Kira-kira usia tiga tahun dia sering duduk di bawah pohon dan main wayang pakai daun-daun yang berserakan. Sedikit lebih besar dia mulai main wayang pakai kertas dan senang keliling nonton wayang di desa-desa tetangga. Kalau lakonnya dia suka, dia kuat nonton sampai pagi…tapi kalau dia nggak suka, dia minta langsung pulang,” jelas Pak Lurah. “Dan Aldo ini istimewa, dia hafal lebih dari 300 lakon wayang!”
Wayang memang segalanya bagi Aldo. Bahkan, Aldo tak ragu untuk mendebat wayang yang dianggapnya keluar dari pakem. Saat ini Aldo juga sudah menerima tanggapan wayang semalam suntuk untuk kegiatan macam tingkep atau selamatan tujuh bulanan, di desanya. Pentas pertama Aldo digelar saat dia duduk di kelas empat SD dan lakon yang dibawakannya adalah Wahyu Tunggul Naga. “Kebetulan tahun-tahun belakangan ini antusiasme warga terhadap wayang meningkat. Jadi jika ada kenduri biasanya mereka menanggap wayang dan bukan jenis hiburan lain,” jelas Pak Lurah.
Di wilayah Jawa Timur, seni pedalangan memang mendapat tempat tersendiri. Bahkan di Taman Budaya Jawa Timur, seni pedalangan mendapat porsi anggaran paling besar. Hal tersebut dinyatakan oleh Kepala UPTD Taman Budaya Jawa Timur, Bapak Sukatno, yang juga adalah sekretaris PEPADI Jawa Timur. “Tahun 2015 ini kita bahkan mengagendakan 25 kali pagelaran wayang yang melibatkan dalang lokal maupun nasional. Porsi terbanyak tetap kami berikan kepada dalang-dalang lokal.” Aldo sendiri menjadi salah satu dalang yang turut mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah.
Sebagaimana anak lain, Aldo juga tetap bermain selayaknya anak-anak seusianya. Ia pun bersekolah meski tak dipungkiri jika secara akademik nilai Aldo memang tergolong biasa. Aldo bahkan mengakui dengan riang kalau ia kerap tertidur di kelas. “Saya suka nggak kuat, jadi ya saya merem saja…untung ibu guru nggak pernah marah,” ujar Aldo sambil terkekeh. Meski demikian, Aldo membayar semua dengan wayang. Dalam urusan yang satu itu, bahkan Pak Lurah pun hanya bisa menggelengkan kepala ketika mendengar babaran Aldo. “Saya itu heran dari mana dia mendapat semua pengetahuan itu…apa yang dibicarakannya itu terkadang jero, dalam sekali. Ngalah-ngalahi sing tuwo pokoke wis… (mengalahkan orang-orang tua pokoknya).”
Setiap anak memiliki keunikannya tersendiri. Adalah tugas orang tua, guru dan kita semua untuk mendukung arah pertumbuhan anak sesuai dengan karakternya masing-masing. Jangan sampai spirit sebagaimana yang dimiliki Aldo harus padam hanya lantaran cara pandang yang keliru dalam memaknai pendidikan ataupun keberhasilan. Maju terus, Aldo! (Cin)