- Hari Kelima - Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEEMPAT Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KETIGA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEDUA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI PERTAMA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual Tingkat Nasional 2020
Terinspirasi Kesuksesan Ayah dan Kakek Menjadi Dalang (Sensen Wawan Dede Amung Sutarya)
Faktor lingkungan terbukti menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Hal ini dapat dlihat dari Sensen Wawan Dede Amung Sutarya yang membukan pertunjukkan FDBN 2011 hari kedua. Remaja kelahiran 1 September 1996 ini merupakan anak dari Wawan Dede Amung yang juga merupakan Dalang. Sementara kakeknya tak lain adalah Dede Amung, Dalang Wayang Golek senior kenamaan dari daerah Jawa Barat. Tak heran jika bakat menjadi Dalang terlihat jelas dalam diri Sensen yang saat ini aktif berlatih di Sanggar Munggul Pawenang Putra, Jawa Barat.
Membawakan Lakon Buah Sumeretna, Sensen tidak terlihat canggung, meski persiapan yang dibutuhkan untuk tampil terbilang sangat singkat. Terlibat dalam Pentas Tiga Dalang yang baru saja digelar, Sensen hanya punya waktu tiga hari untuk mempersiapkan diri tampil di ajang FDBN 2011 ini. Lakon yang sudah sering dimainkannya itu bercerita pada suatu waktu, tiap-tiap Negara mengharapkan sebuah pulung Dewa yang disebut Buah Sumeretna. Barangsiapa yang berhasil mendapatkannya maka, orang tersebut akan memperoleh kesaktian luar biasa dan bisa menurunkan keturunan darah biru. Kabar tersebut memancing banyak orang berdatangan ke tempat itu untuk mengambilnya. Namun untuk mendapatkannya harus berhadapan dulu dengan Sang Cakil yang menjaga tempat tersebut. Alhasil, terjadilah pertempuran sengit dalam memperebutkan ilmu itu.
Penampilan Sensen kala memainkan lakon itu terbilang baik. Dengan lugas dan nyaris tanpa kesalahan, Sensen menunjukkan ketrampilannya memainkan Wayang. Terutama pada adegan pertempuran, gerakan-gerakan yang dimainkan Sensen sangat detil sehingga memaksa penonton beberapa kali mengeluarkan tepuk tangan karena aksinya yang memukau tersebut. Gerakan yang ditunjukkannya seakan menunjukkan kalau bocah ini memiliki potensi unggul dan layak untuk ‘naik kelas’ berdiri sejajar dengan Dalang-Dalang dewasa.
Saat ditanyai seusai penampilannya, Sensen mengaku minat menjadi Dalang datang dari keinginannya sendiri. Sang ayah yang sudah lebih dulu memasuki dunia Pedalangan pun menyambut baik keinginannya dengan memberikan berbagai masukan dan membukakan akses lebih luas lagi guna mengembangkan bakat anaknya itu. Sensen tidak terburu-buru diperbolehkan sang ayah untuk mulai mentas. Meski mulai aktif belajar Dalang semenjak masih di Taman Kanak-Kanak (TK), Sensen baru mulai mentas saat ia menginjak kelas 1 SMP, kala itu ia diminta tampil di Sumedang. Pada masa-masa awal, Sensen mengaku sedikit mengalami kesulitan untuk menyesuaikan gerakan dengan gamelan –dalam istilah Pedalangan disebut laras. Namun seiring kerasnya ia berlatih, perlahan tapi pasti ia bisa menyesuaikan.
Meski tak menutup kemungkinan untuk menjajal bidang lain, remaja yang menyukai tokoh Brotoseno karena dinilai bijaksana dan jujur ini merasa kalau Dalang adalah profesi yang akan digelutinya hingga dewasa nanti. Ia merasa terobsesi ingin menjadi seperti Ayah dan Kakeknya yang terbilang cukup terkenal di kalangan pecinta Wayang Golek Sunda. Ia juga merasa bangga dengan profesi Dalang meski kebanyakan temannya tidak begitu mengenal lagi salah satu kesenian tradisional ini. Selain mendalang, ia juga termasuk penggila sepakbola yang mengagumi sosok Lionel Messi. Selain mendalang dan sekolah, remaja yang baru saja menginjak bangku SMK kelas 1 ini kerap menghabiskan waktu untuk bermain futsal bersama teman-temannya. Terakhir ia berpesan pada generasinya untuk terus melestarikan Wayang di tengah perkembangan jaman saat ini, “Maju terus lah mendalang!” tutupnya.
thin