CATATAN Festival Dalang Bocah (FDB) 2017 HARI KE TIGA

Meski panitia lelah karena kurang tidur selama persiapanfestival, namun pada hari  ketiga Sabtu, 21 September pagi, di Candi Bentar TMII sudah ramai orang lalu-lalang untuk persiapan pelaksanaan FDB 2017. Pada hari ke tiga di dalam jadwal  ada 6 peserta, namun ternyata 2 peserta tidak hadir atau batal pentas, sehingga hanya 4 peserta yang tampil.

Daiva Kamajaya,  (Madiun) Wakil Provinsi Jawa Timur lakon Babad Wonomarto, tampil menarik dengan iringan lengkap dari Madiun, sinden dan pengrawit  cilik dengan garapan iringan yang baik. Daiva belajar mendalang sejak usia 4 tahun di bimbing ayahnya yang juga seorang dalang. namun untuk mempersiapkan maju ke Festival Dalang Tingkat nasional ini di latih secara khusus  seorang pelatih yang sekaligus juga penyusun naskah dan iringan. Daiva mengidolakan Ki Manteb Soedarsono Dalang Kondang dari Karanganyar Surakarta. Sementara itu  pejabat dari Dinas Pendididkan dan Kebudayaan Kota Madiun mengatakan, peran pemerintah kota dalam mensuport regenerasi Dalang dan sinden sangat serius. Hal itu dilakukan dengan selalu mengadakan even-even lomba dan festival tingkat Karesidenan Madiun. Beruntung Daiva beserta rombongan  dalam proses latihan hingga berangkat ke Jakarta di suport penuh oleh Pemerintah Kota Madiun. Kepedulian pemerintah terhadap seniman lokal sangat diperlukan untuk mencapai kualitas pementasan yang maksimal.

Bagas Nursatwika perwakilan D.I. Yogyakarta menampilakan wayang kulit purwa gaya Yogyakarta dengan Lakon Rama Tambak. Bagas mempunyai bahan suara yang bagus, juga dialog  yang semeleh dan sulukan yang tepat dengan nada gamelan (luluh). Keprakan pilah dan sabetnya bersih serta kemampuan “mere” (meniru suara kera) bisa dibawakan dengan baik.  Bagas belajar mendalang sejak kelas 5 SD  dan dia bukan anak Dalang tetapi anak serang petani.  Guru dalangnya pertamanya Pak Slamet Putra Ki Timbul Hadi Prayitno dan Pak Tedjo seorang dalang senior di Yogyakarta.  Bagas tidak mengidolakan  seorang dalang dan fanatik gaya pakeliran. Bagas mengatakan semua tokoh dalang dia sangat suka dan menghargai, karena menurutnya semua gaya dan Dalang punya kelebihanya sendiri-sendiri.  Sedangkan menurut  Ki Tedjo di Bantul kurang lebih ada 25  dalang anak-anak. Banyak sekali  anak-anak  yang mempunyai minat belajar mendalang. Bahkan anak seorang tukang becak juga turut belajar dalang. “Jadi saat ini tidak hanya turun dalang tetapi siapa pun boleh dan bisa belajar dalang”, tutur Ki Tedjo. Sementara dukungan pemerintah daerah juga lumayan baik untuk perkembangan pedalangan di Yogyakarta.

Hazel Abirama Araffi, dari Tulung perwakilan Provinsi Jawa Timur menampilkan wayang kulit purwa gaya Surakarta dengan lakon Dewa Ruci.  Hazel mempunyai warna suara yang bagus menggelegar, sudah seperti dalang dewasa. Dialog dan sulukan tentu saja disajikan dengan baik. Hazel di iringi pengrawit lengkap dari Sanggar Baladewa Surabaya yang kualitas tabuhan bersih, rempeg, dan sangat  mendukung  pergelaran. Hazel disekolahnya termasuk anak pendiam di sekolahnya dan pelajaran di sekolah luamayan bagus hanya kadang lebih codhong mendalangnya. Kelas 2 SMP ini  mempunyai harapan dengan main wayang turut andil melestarikan wayang. Hazel juga ingin mengemas wayang agar di senangi anak-anak muda. Penata iringan dan penata naskah dalam persiapan untuk mengikuti FDB ini dipersiapkan oleh 2 orang yang ahli masing-masin di bidangnya, Bocah yang mengidolakan Ki Narto Sabdho  ini juga giat berlatih selama 2 minggu untuk hasil yang memuaskan. Dukungungan dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung juga mensuport penuh kegiatan para generasi dalang di daerahnya, dengan menyelenggarakan even-even festival dan pementasan wayang lainnya juga pendanaan keberangkatan Hazel ke Jakarta untuk mengikuti Festival Dalang Bocah 2017.

Ernanda Bima Megantara, peserta daru Surabaya mewakili Provinsi Jawa Timur menggelar wayang kulit gagrak Surakarta dengan Lakon Suman Temangsang, di iringi Sanggar Bala Dewa Surabaya. Megantara  punya penguasaan teknik mendalang yang lumayan bagus. Sisiran kepraknya ajeg dan gejokanya lumayan pilah. Begitu pula cekelan wayang lumayan bagus. Penjiwaan terhadap karakter wayang , penghayatani dalam membangun suasana adegan masih harus belajar lagi sehingga menjadi lebih baik. Megantara menghimbau kepada para anak muda, jangan malu belajar budayanya sendiri.

 

Share Button

Leave a Comment