Nabila Salsabila: Bukan Sekedar Pertunjukan

IMG_20151122_1018555Cublak cublak suweng, suwenge ting gelèntèr…
Mambu ketundhung gudèl, pak empong lera-léré…
Sapa ngguyu ndelikkaké, sir sir pong dhelé kopong…
Sir sir pong dhelé kopong…

Beberapa tembang dolanan bocah terdengar mengiringi pertunjukan yang dibawakan Nabila Salsabila pada pembukaan hari ketiga Festival Dalang Bocah VI, 2015. Gagak, ayam, kancil, raja hutan singa barong bergerak lincah melintasi kelir dengan iringan suara halus siswi kelas 4, kelahiran Sukoharjo, 26 Juli 2006. Tentu tak ada yang mengira jika sebenarnya belum genap satu tahun Nabila mendalang.

Putri dari Wiwit Pribadi ini bukan turunan dalang. Tetapi, meski tanpa darah seni bukan berarti ia tak dapat berkarya. Nabila justeru memiliki beberapa bakat istimewa seperti pintar menabuh, macapat dan juga nyinden. Dan lantaran suara khas Nabila inilah yang membuat Pak Mudji, pengampu Sanggar Sarotama, mengarahkannya tuk menjadi dalang.

IMG_20151122_0927200“Nabila ini salah satu anak yang berbakat, apa-apa dia bisa,” ujar Bu Emi Sugihati, kepala sekolah SDN Palur 02/4 , tempat Nabila bersekolah. “Nah, kebetulan di sekolah kami itu karawitan adalah salah satu ekstrakulikuler wajib dan sekolah memang bekerja sama juga dengan sanggar Sarotama.”

SDN Palur 02/4 adalah satu-satunya sekolah di wilayah Sukoharjo dengan esktrakulikuler karawitan. Meski demikian SDN Palur tak memiliki gamelan. “Gamelan itu kami pinjam Pak Mudji,” jelas Bu Emi. “Apalagi kalau kebetulan anak-anak hendak ikut acara seperti festival begini…kami harus latihan setiap hari di tempat Pak Mudji. Untung orang tua siswa-siswi ini seluruhnya mendukung meski harus latihan sampai jam sepuluh malam. Dan kita juga benar-benar beruntung karena Pak Mudji memang mendedikasikan hidupnya untuk kesenian ini sehingga selalu terbuka ketika kami membutuhkan bantuan.”

Keinginan kuat pihak sekolah untuk nguri-uri budaya Jawi bukan tanpa alasan. Sebagai pendidik, Ibu Emi memang melihat perbedaan antara anak yang mempelajari seni dan budaya dengan yang tidak. “Seni itukan bukan sekedar pertunjukan tapi di dalamnya ada olah rasa, budi pekerti dan juga tata krama di dalamnya dan itulah yang paling kita butuhkan sekarang ini untuk mendidik anak-anak kita. Istilahnya, anak-anak itu lembaran kosong, masih polos, belum terkontaminasi apa-apa, nah di sinilah orang tua, guru dan tenaga pendidik lain memainkan peran.”

Dalam festival yang baru diikutinya tuk pertama kali ini, Nabila membawakan wayang kancil dengan lakon Si Gagak. Lakon tersebut berkisah tentang si Gagak dan Prabu Singa Barong yang mengganggu hewan-hewan lain maupun warga Desa Gunungsari. Akibatnya, binatang dan warga desa menjadi ketakutan. Beruntung ada kancil yang cerdik, yang berhasil menghentikan keganasan keduanya.

 

 

Share Button

COMMENTS

Leave a Reply to rani sofyan Cancel reply