Farhan Maulana: Dalang Harus Punya Dasar Pendidikan yang Luas

farhan maulana-01

Jari-jemarinya terlihat lincah memainkan buah wayang dari tokoh Anoman. Berputar, kemudian sekejap memainkan peperangan besar dalam lakon Anoman Obong yang tersohor itu. Setelah Anoman diketahui membunuh seorang punggawa dari Negri Alengka, putera mahkota Alengka, Indrajit berhasil meringkus, memanahnya dan membakarnya. Anoman kemudian ber-triwikrama menjadi besar dan berapi, lalu ditebarkannya api itu ke seluruh penjuru Alengka. Dalang bocah itu begitu trampil melakukan sabetan dari adegan peperangan dalam pentas Festival Dalang Bocah (FDB) 2015 malam pertama, 20 November.

Namanya Farhan Maulana, perwakilan PEPADI Jakarta. Kesukaan bocah kelahiran Jakarta, 25 Juni 2003 pada wayang telah ditunjukkan sejak ia berumur dua tahun. Suradi, sang kakek yang ikut menghantarkan Farhan di FDB kali ini tak habis pikir, darimana Farhan menyukai wayang. “Dia bukan lahir dari trah dalang. Ada memang mbah buyut dari ibunya yang jadi dalang, tapi itu tidak berlanjut,” tutur Suradi usai Farhan pentas.

Nama Farhan Maulana memang tak asing lagi di panggung festival dalang bocah. Ia merupakan asuhan dua guru terbaik untuk dalang bocah di Jakarta, Margiono dan Asman. Di pentas FDB 2015 kali ini, Farhan diasuh oleh Asman dan menjadi salah satu yang terbaik di sanggarnya. Di tahun 2013, Farhan bahkan mampu meraih juara 1 tingkat DKI untuk dalang bocah. Atas raihannya tersebut, PEPADI kemudian membantu memberikan rekomendasi hingga ke tingkat Diknas, dimana akhirnya Farhan langsung diterima SMPN 103 Kompleks Kopasus Cijantung, Jakarta.

farhan maulana-02Terkait pendidikannya, Farhan belum berkeinginan untuk melanjutkan ke sekolah menengah atas kejuruan seni seperti SMKI. Ia lebih berkeinginan untuk menempuh sekolah tingkat menengah atas umum. Pendidikan yang luas dianggapnya menjadi bekal utama untuk dapat menjadi dalang yang baik. Walaupun demikian, bocah yang duduk di kelas tujuh ini punya hasrat yang besar untuk menempuh pendidikan lanjutan di Institut Seni Indonesia (ISI). “Pinginnya sekolah SMU yang umum, belajarnya banyak. Nanti kalau kuliah baru ke seni,” tukas Farhan sembari bermain bersama teman sesama dalang bocah di ruang ganti.

Suradi tak menampik keinginan cucunya itu. Ia bahkan mendukung pilihan Farhan. Pendidikan formal serta pertemanan dengan dunia luas bisa menjadi bekal yang kuat untuk menempa Farhan. “Biar ndak tanggung. Nge-dalang dari kecil sudah membentuk etika dan mentalnya. Sopan, kalau dibilangin dengerin, dan ndak kurang ajar. Pendidikan umum bisa mengisi pengetahuan dasarnya. Nanti, kuliah baru ke yang menjurus, seni,” dukung Suradi. (PJD)

Share Button

Leave a Comment