Dyas Syawal Lukman: Dari Dyas, Sang Ayah Belajar Banyak

Dyas Sumut-01

Di Sabtu siang yang panas (21/11), Dyas Syawal Lukman berkesempatan menggelar lakon Anoman Duta dalam ajang Festival Dalang Bocah 2015. Ketika ditanya mengapa ia memainkan lakon tersebut, Dyas hanya tersenyum simpul. “Anoman itu tokoh yang asyik, walaupun dia kera,” katanya dengan khas gaya anak-anak. Asyik, karena Anoman melambangkan heroisme dan tokoh yang memperjuangkan kebenaran.

Bocah kelahiran Jakarta, 6 Desember 2004 ini memang punya cerita menarik di balik layar. Sang pamomong, Purwanto, menuturkan bahwa Dyas punya kemampuan titi laras di atas anak-anak lainnya. Mendengar, meresapi untuk kemudian menyelaraskan dalam imajinasinya, tentu bukan persoalan yang mudah untuk level anak-anak. “Dia bisa dengan cepat belajar mendengarkan. Itu modal yang kuat sebagai dasar belajar mendalang,” ujar Purwanto.

Ketertarikan Dyas terhadap dunia pedalangan bukan lahir dari trah dalang. Ayahnya, Sutiman, hanya seorang penggemar dan penonton wayang biasa. Namun, minat besar siswa kelas 5 SDN 01 Pagi Bambu Apus Jakarta itu justru mendorong sang ayah membelikan buah-buah wayang satu demi satu. “Ndak langsung. Satu-satu saya belikan. Sekarang jumlahnya sudah banyak di rumah,” Sutiman menimpali dengan semangat.

Dyas Sumut-02Minat Dyas terhadap dunia wayang terlihat di usia 9 bulan. Di usia yang masih merah itu, Dyas tidak beranjak saat diajak sang ayah menonton pagelaran wayang Ki Manteb Sudarsono. Usia bertambah, Dyas semakin menunjukkan minatnya melalui pertanyaan-pertanyaan seputar tokoh dan cerita wayang yang tak ada habisnya. “Tontonan wayang di salah satu televisi swasta, dia bisa nonton dari mulai sampai habis. Yang tua-tua sudah tidur, dia tetap saja nonton,” tukas Sutiman.

Di satu kesempatan, Dyas mendapatkan kesempatan untuk menggelar pentasnya selama 2,5 jam di rumah pamannya di Medan. Pentasnya saat itu ditonton oleh seniman-seniman tradisional di sana, yang kemudian memberikan apresiasi yang cukup tinggi kepada pementasan Dyas. Purwanto, sang pamomong yang saat itu menggelar pementasan utama, juga mengacungkan jempol untuk pementasan Dyas.

Minat Dyas juga mendorong Sutiman untuk memiliki peralatan gamelan lengkap di rumahnya. Peralatan gamelan inilah yang membuat rumah Sutiman saat ini menjadi salah satu tempat latihan kesenian tradisional Jawa di daerahnya. Sutiman sangat bersyukur, karena melalui Dyas, ia justru menjadi dekat dan terus mempelajari seni tradisi yang selama ini hanya digemarinya saja. “Karena Dyas, saya jadi nyemplung beneran,” sahut sang ayah dengan tertawa. (PJD)

Share Button

Leave a Comment