Devanata: Cirebon Punya Gaya

2766afb4-1dfc-47b4-9608-035a00fdaa89

Devanata masih terbilang cukup belia untuk mengikuti sebuah festival besar taraf Nasional seperti Festival Dalang Bocah 2015 ini. Selain usianya yang baru menginjak 10 tahun, Devanata juga baru kali pertama naik panggung untuk mendalang. Meski demikian, niatnya yang kuat untuk menjadi Dalang, memaksanya menapak panggung membawa lakon Durna Gugur.

Devan, begitu ia akrab disapa, memiliki vokal cukup bagus untuk menjadi seorang Dalang. Meski masih jelas terdengar nada kanak-kanak dalam suaranya, namun Devan sudah mampu membagi-bagi suara dalam membawakan berbagai karakter yang dimainkan. Devan juga terlihat cukup tangkas menjaga ritme gerakan dengan irama gamelan sehingga, cerita yang dibawakan menjadi sangat hidup.

Pun saat menggenggam beberapa karakter yang nyaris sebanding dengan ukuran tubuhnya, Devan terlihat piawai memainkannya. Meski sempat terlihat sedikit gagap dalam beberapa fragmen, namun hal tersebut tidak memberi pengaruh besar terhadap penampilannya secara keseluruhan. Padahal, Devan hanya memiliki waktu kurang dari sepuluh hari untuk mempersiapkan penampilan perdananya ini.

Keahlian Devan memainkan Wayang turun dari ayahnya, Purjadi. Sang ayah memang merupakan seorang pedalang. Bahkan sampai saat ini, Purjadi juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Cirebon. Purjadi mengaku, keinginan untuk serius mendalang benar-benar lahir dari keinginan Devan sendiri. Purjadi hanya sekedar memperkenalkan anaknya dengan kesenian Adiluhung tersebut. Sisanya, gairah sang anak sendiri yang bermain.

Dalam lingkungannya, Devan mengaku hampir tidak ada di antara teman-temannya yang menyukai Wayang. Adalah keinginan untuk mengikuti jejak sang Ayah yang membuat Devan berkeinginan menjadi Dalang dan menjadikannya sebagai cita-cita. Dari karakter Wayang sendiri, Devan menyukai Kangsa. Baginya Kangsa merupakan sosok yang perkasa namun di balik keperkasaannya tersimpan hati yang sangat baik.

849966bb-a5cc-4ca4-be9a-46e18bddbb85
Devanata dan Ayah

Purjadi sendiri memang memperkenalkan Wayang kepada seluruh anak-anaknya. Nilai-nilai yang terkandung dalam Wayang menurutnya sangat baik untuk dijadikan bekal pendidikan anak. Ia mengaku prihatin terhadap perkembangan jaman sekarang di mana anak-anak lebih menyukai berbagai karakter kartun dari luar sementara Wayang kian terlantar.

Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun banyak yang dianggapnya sudah tidak tertarik lagi dengan Wayang.  “Meski masih ada, pertunjukan Wayang di Cirebon sekarang sudah bergeser daya tariknya. Kebanyakan penonton datang cuma mau lihat Sinden atau ikut rame-rame saja,” ujarnya. Menurutnya hal itu terjadi karena tidak ada lagi cerita-cerita soal Wayang di sekolah-sekolah. Perkembangan dunia sekolah saat ini yang sudah tidak lagi menceritakan Wayang, dianggapnya menjadi salah satu pemicu berkurangnya perhatian orang terhadap Wayang.

“Sebagai orangtua, kita tidak bisa menjauhkan anak-anak dari tontonan televisi. Begitu juga dengan pengaruh yang datang dari lingkungan permainannya. Tugas sebagai orangtua adalah memperkenalkan anak dengan Wayang yang punya nilai-nilai luhur,” papar Purjadi. “Pemerintah sekarang mungkin sukses dalam mencetak orang-orang ‘pintar’, tapi Pemerintah gagal mencetak orang-orang ‘benar’. Karena banyak sekali pejabat yang korupsi, hanya mementingkan diri sendiri,” lanjutnya memaparkan. Lebih lanjut ia menambahkan jika Wayang sesungguhnya adalah jawaban dalam membangun pendidikan moral bagi anak sejak dini.

Peminat Wayang di Cirebon sendiri dinilai cukup banyak. sayangnya, saluran bagi Wayang sangat minim. Kebanyakan memilih menjadi Dalang karena mengikuti jejak orangtua, atau karena memang tumbuh di lingkungan keluarga Dalang. Semuanya berjalan secara alami. Belum ada sarana khusus yang memberi fasilitas bagi seseorang untuk menjadi Dalang. Purjadi adalah contoh langka seorang Dalang Cirebon yang tidak berasal dari keluarga Dalang.

Wayang Kulit Purwa Cirebon memiliki beberapa keunikan dibanding Wayang dengan gagrag atau gaya lain. Jika dalam Wayang Kulit Jawatengahan atau Jawatimuran, karakter-karakter dalam Mahabarata memilki sifat lebih kompleks, gagrag Cirebon memiih lebih tegas. Pandawa – Kurawa digambarkan secara hitam – putih. Tak ada keburukan dari Pandawa, pun tak ada kebaikan dari Kurawa. Devan sendiri mengombinasikan cerita versi gagrag Cirebon dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keunikan lain dalam Wayang Cirebon adalah pertunjukannya yang sangat interaktif dengan penonton. Tak jarang sang Dalang memanggil langsung nama beberapa penonton untuk naik ke atas panggung. Mereka yang dipanggil biasanya adalah penyelenggara acara atau tokoh. Saat dipanggil ke atas panggung, mereka pun diajak berdialog dan tak jarang memberi saweran. | Marthin Sinaga

Share Button

Leave a Comment