- Hari Kelima - Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEEMPAT Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KETIGA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI KEDUA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda VIRTUAL Tingkat Nasional 2020
- HARI PERTAMA Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual Tingkat Nasional 2020
Apriliawan Endi Wahyu Nugroho: PS + Internetan = Pemborosan
Keserakahan, bagaimanapun bentuknya, niscaya akan mampu dikalahkan melalui niat baik yang tulus demi kepentingan khalayak. Hal inilah yang hendak diungkapkan Apriliawan Endi Wahyu Nugroho, penampil ke tujuh dalam Festival Dalang Bocah (FDB) tingkat Nasional 2012. Siswa kelas V SD Negeri Karangjati 2, Bergas, Semarang ini cukup berhasil mencuri perhatian para penonton yang menyaksikannya di Museum BI, tempat FDB 2012 diselenggarakan. Mengusung Gagrag atau gaya Wayang Surakarta, ia membawakan Lakon Rojomolo pilihan sang Guru, Bapak Mujiono, pembina Padepokan Seni Sarotaman, Solo.
Bocah kelahiran Semarang, 10 April 2000 ini sudah mulai belajar mendalang saat dirinya masih berada di bangku kelas 2 SD. Keinginan mendalang diakuinya muncul dari diri sendiri, minatnya timbul tatkala ia menyaksikan rekaman penampilan Dalang Kondang, Ki Manteb Sudarshono melalui media CD milik sang Ayah. Pada saat itulah ia mulai jatuh cinta pada Wayang sekaligus mengidolakan Ki Mantheb sebagai Dalang favoritnya. “Teknik yang paling saya kuasai adalah Catur atau Suluk, tapi saya pengen punya sabetan kaya Ki Mantheb,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara FDB di pelataran Museum BI.
Ini merupakan kali pertamanya tampil di ajang FDB tingkat nasional. Sebelumnya ia kerap mentas di dekat tempat tinggalnya. Pentas pertamanya adalah saat diadakan acara ‘Sedekah Bumi’ di Semarang. Berbagai pentas mulai ia jalani dan berhasil menjadi penyaji terbaik Dalang Cilik Kabupaten Semarang 2012. Niat mendalang memang tidak datang atas dorongan orangtuanya, namun dukungan orangtua diakuinya sebagai salah satu faktor pokok yang menunjang motivasinya untuk terus mendalang. “Bapak itu sejak kecil sama teman-temannya suka buat Wayang dari kardus,” paparnya menceritakan peran orangtuanya yang begitu besar. Selain orangtua, lingkungan sekitar dan teman-temannya uga memberikan dukungan besar kepadanya. Dukungan dari teman-temannya ini membuat dia tidak pernah merasa terasing di area kehidupan anak-anak yang lebih banyak memiliki hobi berbeda dengannya. “Tiap hari saya Wayangan terus, mas,” katanya seraya melempar senyum.
Endi beranggapan bahwa Wayang merupakan suatu permainan yang unik baginya. Tidak seperti permainan lain, Wayang memiliki kemampuan yang membuatnya bisa terus membayangkan Wayang walau sedang tidak memainkannya. Adapun hobi lain yang ia gemari adalah sepakbola yang kadang ia mainkan di sela-sela aktivitas sekolah dan mendalang yang menjadi aktivitas pokok dalam kehidupan Dalang Bocah yang menyukai tokoh Wisanggeni karena keberanian dan kehebatannya dalam peperangan. Ia berangan-angan jika kelak nanti mau menjadi Dosen Pedalangan karena ingin membagikan rasa cintanya yang besar terhadap Wayang kepada khalayak yang lebih luas. “Kata-kata yang selalu saya ingat sampai sekarang itu, kata-katanya Pak Muji, guru saya. Dia bilang sama saya supaya rajin latihan mendalang, jangan terbawa arus teman-teman yang suka PS (Playstation, Red) dan internetan. PS dan internetan itu pemborosan uang,” tutupnya.
• AOVI | Marthin Sinaga
gayamu en en…..